Pengertian Kepemimpinan menurut para ahli
Adapun beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli yaitu:
Pengertian kepemimpinan menurut Hemhill dan Coons
adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas
suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared
goals). Pengertian kepemimpinan menurut Tannenbaum, Weschler dan Masarik
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah Pengaruh antar pribadi yang
dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses
komunikasi, ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu”.
Pengertian kepemimpinan menurut Stogdill menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur
dalam harapan dan interaksi. Pengertian kepemimpinan menurut Katz dan Kahn
menyatakan bahwa adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada ,
dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan
rutin organisasi. Pengertian kepemimpinan menurut Rauch dan Behling
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi
aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian
tujuan. Pengertian kepemimpinan menurut Jacobs dan Jacques
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses memberi arti atau
pengarahan yang berarti terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan
kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.
Pengertian kepemimpinan menurut Hosking adalh mereka yang secara
konsisten memberi kontribusi yang efektif terhadap orde sosial yang
diharapkan dan dipersepsikan melakukannya Pengertian kepemimpinan
menurut S.P. Siagian menyatakan bahwa kepemimpinan
adalah suatu keterampilan dan kemampuan dari seseorang yang telah
menduduki jabatan menjadi pimpinan dalam sebuah pekerjaan dalam
mempengaruhi tindakan orang lain, terutama kepada bawahannya agar
berfikir dan bertingkah laku sedemikian rupa sehingga melalui tingkah
laku positif ini dapat memberikan sumbangan yang nyata didalam
pencapaian tujuan organisasi. Pengertian kepemimpinan menurut Prof. Kimbal Young
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu bentuk dominasi yang
disengaja atau disadari oleh kemampuan pribadi yang mampu mendoring atau
mengajak kepad aorang lain dalam melakukan sesuatu berdasarkan atas
penerimaan oleh kelompoknya dan mempunyai keahlian yang khusus secara
tepat bagi situasi yang khusus. Pengertian kepemimpinan menurut Ordway tead
dalam bukunya The Art Of LeaderShip yang menyatakan bahwa kepemimpinan
adalah suatu kegiatan dalam mempengaruhi orang-orang agar mereka ingin
bekerja sama dalam mencapai tujuan yang kita inginkan.Pengertian
kepemimpinan menurut George R. Terry menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar
mereka menyukai untu berusaha dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok atua
organisasi. Pengertian kepemimpinan menurut Howard H. Hoyt
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni untuk bisa mempengaruhi
segala tingkahlaku dari manusia, dan memiliki kemampuan dalam membimbing
seseorang.
Itulah tadi beberapa pengertian kepemimpinan menurut pandangan para ahli.
Kebanyakan pengertian kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa
kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini
pengaruh yang disengajai untuk dijalankan oleh seseorang terhadap
organisasi atau kelompok. Berbagai pengertian kepemimpinan yang sudah
ditawarkan tapi kelihatannya tidak berisi hal-hal selain itu. Pengertian
tersebut berbeda dalam berbagai aspek, termasuk didalamnya siapa yang
menggunakan pengaruh, sasaran yang ingin diperoleh dari pengaruh
tersebut, cara bagaimana pengaruh tersebut digunakan, serta hasil dari
uasaha menggunakan pengaruh tersebut. Perbedaan-perbedaan tersebut bukan
hanya merupakan sebuah hal akademis yang dicari-cari. Ia mencerminkan
adanya ketidaksesuaian yang mendalam mengenai identifikasi dari para
pemimpin serta proses kepemimpinan. Perbedaan-perbedaan didalam
pemilihan fenomena untuk melakukan penyelidikan dan kemudian menimbulkan
perbedaan-perbedaan dalam mengeinterpretasikan hasilnya.
Teori-teori kepemimpinan
Teori kepemimpinan yaitu teori genetis
dimana menjelaskan bahwa seseorang akan dapat menjadi pemimpin karena ia
telah dilahirkan untuk bisa menjadi pemimpin; dia telah memiliki bakat
dan mempunyai pembawaan untuk bisa menjadi pemimpin. Menurut teori
kepemimpinan seperti teori genetis ini mengasumsikan bahwa tidak setiap
orang dapat menjadi pemimpin, hanya beberapa orang yang memiliki
pembawaan dan bakat saja yang dapat menjadi pemimpin. Hal tersebut
memunculkan “Pemimpin tidak hanya sekedar dibentuk tapi dilahirkan”.
Teori kepemimpinan yang kedua yaitu teori sosial yang menyatakan bahwa
seseorang akan dapat menjadi pemimpin karena lingkungannya yang
mendukung, keadaan dan waktu memungkinkan ia bisa menjadi pemimpin.
Setiap orang dapat memimpin asal diberikan kesempatan dan diberikan
pembinaan untuk dapat menjadi pemimpin meskipun ia tidak memiliki
pembawaan atau bakat. Adapun istilah dari teori kepemimpinan sosial ini
yaitu Pemimpin itu dibentuk bukan dilahirkan.
Teori kepemimpinan yang ketiga yaitu teori ekologis, dalam teori
kepemimpinan ekologis ini menyatakan bahwa gabungan dari teori genetis
dan sosial, dimana seseorang akan menjadi pemimpin membutuhkan bakat dan
bakat tersebut mesti selalu dibina agar berkembang. Kemungkinan untuk
bisa mengembangkan bakat tersebut itu tergantung dari lingkungannya.
Teori kepemimpinan yang keempat yaitu teori situasi, dalam teori
kepemimpinan situasi ini menyatkaan bahwa seseorang dapat menjadi
pemimpin ketika berada dalam situasi tertentu karena dia memiliki
kelebihan-kelebihan yang dibutuhkan dalam situasi tersebut. Akan tetapi
pada situasi yang lainnya, kelebihannya tersebut tidak dibutuhkan,
akhirnya ia tidak akan menjadi pemimpin lagi, bahkan bisa jadi menjadi
pengikut saja.
Oleh karena itu, jika seorang ingin menjadi pemimpin dan ingin
meningkatkan kecakapannya dan kemampuannya dalam memimpin maka
dibutuhkan untuk bisa mengetahui segala ruang lingkup gaya kepemimpinan
yang efektif. Adapun para ahli dalam bidang kepemimpinan sudah meneliti
dan mengembangkan beberapa gaya kepemimpinan yang berbeda dimana sesuai
dengan adanya evolusi dari teori kepemimpinan. Untuk ruang lingkupnya,
gaya kepemimpinan terbagi atas tiga pendekatan yaitu pendekatan sifat
kepribadian pemimpin, dan pendekatan perilaku pemimpin dan pendekatan
situasional atau kontingensi.
Tipe dan Gaya kepemimpinan
Pemimpin itu memiliki sifat, kebiasaan dan watak serta kepribadian yang
khas. Dari tingkah laku dan gayanya lah yang dapat membedakan dirinya
dibanding orang lain. Gaya tentunya akan selalu dapat mewarnai perilaku
dan tipe seseorang dalam pemimpin atau gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan
Adapun gaya-gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut
1. Gaya kepemimpinan otokratis
Gaya ini terkadang disebut sebagai kepemimpinan yang terpusat pada diri
pemimpin atau gaya direktif. Gaya otokratis ini ditandai dengan adanya
petunjuk yang sangat banyak sekali yang berasal dari pemimpin dan tidak
ada satupun peran para anak buah dalam merencanakan dan sekaligus
mengambil suatu keputusan. Gaya kepemimpinan otokratis ini akan
menentukan sendiri keputusan, peran, bagaimana, kapan dan bilamana
secara sepihak. Yang pasti tugas yang diperintahkan mesti dilaksanakan.
Paling sangat menonjol dalam gaya kepemimpinan otokratis ini adalah
seseorang akan memberikan perintah dan mesti dipatuhi. Ia akan
memerintah berdasarkan dari kemampuannya untuk menjatuhkan hukuman serta
memberikan hadiah. Gaya kepemimpinan otokratis adalah suatu kemampuan
dalam mempengaruhi orang lain yang ada disekitar agar mau bersedia
berkerjasama dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan ditempuh
atas segala cara kegiatan yang akan dijalankan atas dasar putusan dari
pemimpin.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis ini yaitu wewenang mutlak
itu terpusat dari pemimpin, keputusan akan selalu dibuat oleh pemimpin,
kebijakan akan selalu dibuat oleh pemimpin, komunikasi hanya berlangsung
dalam satu arah dimana dari pimpinan ke bawahan bukan sebaliknya,
pengawsan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) dari
para bawahannya dilakukan dengan ketat, tak ada kesempatan untuk para
bawahan dalam memberikan (pendapat, saran atau pertimbangan), lebih
banyak mendapatkan kritikan dibanding pujian, menuntut adanya kesetiaan
dan prestasi yang sempurna dari para bawahan tanpa adanya syarat, dan
cenderung memberikan paksaan, hukuman dan anacaman.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan dalam mempengaruh
orang lain agar dapat bersedia untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara atau kegiatan yang dapat
dilakukan dimana ditentukan bersama antara bawahan dan pimpinan.
Gaya tersebut terkadan gidsebut sebagai gaya kepemimpinan yang terpusat
pada anak buah, kepemimpinan dengan adanya kesederajatan, kepemimpinan
partisipatif atau konsultatif. Pemimpin yang berkonsultasi kepada anak
buahnya dalam merumuskan suatu tindakan putusan bersama. Adapun
ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu memiliki wewenang
pemimpin yang tidak mutlah, pimpinan bersedia dalam melimpahkan sebagian
wewenang kepada bawahan, kebijakan dan keputusan itu dibuat bersama
antara bawahan dan pimpinan, komunikasi dapat berlangsung dua arah
dimana pimpinan ke bawahan dan begitupun sebaliknya, pengawasan terhadap
(sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) kepada bawahan dilakukan
dengan wajar, prakarsa bisa datang dari bawahan atau pimpinan, bawahan
memiliki banyak kesempatan dalam menyampaikan saran atau pendapat dan
tugas-tugas yang diberikan kepada bawahan bersifat permintaan dengan
mengenyampingkan sifat instruksi, dan pimpinan akan memperhatikan dalam
bertindak dan bersikap untuk memunculkan saling percaya dan saling
menghormati.
3. Gaya kepemimpinan delegatif
Gaya kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri yaitu pemimpin akan
jarang dalam memberikan arahan, pembuat keputusan diserahkan kepada
bawahan, dan anggota organisasi tersebut diharapkan bisa menyelesaikan
segala permasalahannya sendiri. Gaya kepemimpinan delegatif ini memiliki
ciri khas dari perilaku pemimpin didalam melakukan tugasnya sebagai
pemimpin. Dengan demikian, maka gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan
sangat dipengaruhi adanya karakter pribadinya. Kepemimpinan delegatif
merupakan sebuah gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pimpinan untuk
bawahannya yang mempunyai kemampuan, agar bisa menjalankan aktivitasnnya
yang untuk sementara waktu tak bisa dilakukan oleh pimpinan dengan
berbagai macam sebab. Gaya kepemimpinan delegatif ini sangat cocok
dilakukan kalau staff yang dimiliki ternyata mempunyai motivasi dan
kemampuan yang tinggi. Dengan demikian pimpinan tak terlalu banyak dalam
memberikan perintah kepada bawahannya, bahkan pemimpin akan lebih
banyak dalam memberikan dukungan untuk bawahannya.
4. Gaya kepemimpinan birokratis.
Gaya kepemimpinan birokratis ini dilukiskan dengan pernyataan “Memimpin
berdasarkan adanya peraturan”. Perilaku memimpin yang ditandai dengan
adanya keketatan pelaksanaan suatu prosedur yang telah berlaku untuk
pemimpin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis, secara umum akan
membuat segala keputusan itu berdasarkan dari aturan yang telah berlaku
dan tidak ada lagi fleksibilitas. Segala kegiatan mesti terpusat pada
pemimpin dan sedikit saja diberikan kebebasan kepada orang lain dalam
berkreasi dan bertindak, itupun tak boleh melepaskan diri dari ketentuan
yang sudah berlaku. Adapun beberapa ciri gaya kepemimpinan birokratis
ialah Pimpinan akan menentukan segala keputusan yang berhubungan dengan
seluruh pekerjaan dan akan memerintahkan semua bawahan untuk bisa
melaksanakannya; Pemimpin akan menentukan semua standar tentang
bagaimana bawahan akan melakukan tugas; Adanya sanksi yang sangat jelas
kalau seorang bawahan tidak bisa menjalankan tugas sesuai dengan standar
kinerja yang sudah ditentukan.
5. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya ini akan mendorong kemampuan anggota dalam mengambil inisiatif.
Kurang interaksi dan kontrol yang telah dilakukan oleh pemimpin,
sehingga gaya tersebut hanya dapat berjalan jika bawahan mampu
memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan dalam mengejar tujuan
dan sasaran yangcukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali dalam menggunakan
kekuasaannya atau sama sekali telah membiarkan anak buahnya untuk
berbuat dalam sesuka hatinya. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez
Faire adalah Bawahan akan diberikan kelonggaran atau fleksibelitas
dalam menjalankan tugas-tugasnya, tetapi dengan hati-hati diberikan
batasan serta berbagai macam prosedur; Bawahan yang sudah berhasil dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya akan diberikan hadiah atau penghargaan, di
samping adanya suatu sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil,
sebagai dorongan; Hubungan antara pimpinan dan bawahan dalam suasana
yang sangat baik secara umum manajer akan bertindak cukup baik; Manajer
akan menyampaikan berbagai macam peraturan yang berhubungan dengan
tugas-tugas atau perintah, dan sebaliknya para bawahan akan diberikan
kebebasan dalam memberikan pendapatannya.
6. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang telah memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang ingin diambil dari dirinya sendiri dengan secara penuh.
Segala pembagian tugas dan tanggung jawab akan dipegang oleh si pemimpin
yang bergaya otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya sekedar
melaksanakan tugas yang sudah diberikan.
Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya mengarah kepada tugas. Artinya
dengan adanya tugas yang telah diberikan oleh suatu lembaga atau suatu
organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini mesti diproyeksikan
dalam bagaimana ia dalam memerintah kepada bawahannya agar mendapatkan
kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan
hanyalah menjadi suatu mesin yang hanya sekedar digerakkan sesuai dengan
kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali
tidak pernah sekalipun diperhatikan.
7. Gaya Kepemimpinan Karismatis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan karismatis ini ialah mampu menarik
orang. Mereka akan terpesona dengan cara berbicaranya yang akan
membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan memiliki gaya
kepribadian ini akan visionaris. Mereka sangat menyenangi akan perubahan
dan adanya tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar dari tipe kepemimpinan model ini dapat di
analogikan dengan peribahasa Tong Kosong yang Nyaring Bunyinya. Mereka
hanya mampu menarik orang untuk bisa datang kepada mereka. Setelah
beberapa lama kemudian, orang – orang yang datang tersebut akan kecewa
karena adanya ketidak-konsisten-an. Apa yang telah diucapkan ternyata
tidak dilakukan. Ketika diminta dalam pertanggungjawabannya, si pemimpin
akan senantiasa memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
8. Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini terdapat di penempatan
perspektifnya. Banyak orang seringkali selalu melihat dari satu sisi,
yaitu pada sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi
keuntungan pada lawannya. Hanya pemimpin dengan mengguanakan kepribadian
putih ini yang hanya bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang
dapat menguntungkan dirinya, dan juga dapat menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan merupakan kelemahan pemimpin dengan menggunakan
gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat begitu sabar dan sanggup
dalam menerima tekanan. Namun kesabarannya ini dapat sangat keterlaluan.
Mereka dapat menerima perlakuan yang takmenyengangkan tersebut, tetapi
pengikut-pengikutnya tidak menerimanya. Dan seringkali hal inilah yang
membuat para pengikutnya akan meninggalkan si pemimpin.
9. Gaya Kepemiminan Moralis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini ialah pada umumnya
Mereka hangat dan sopan untuk semua orang. Mereka mempunayi empati yang
tinggi terhadap segala permasalahan dari para bawahannya, juga sabar,
murah hati Segala bentuk kebajikan-kebajikan ada dalam diri pemimpin
tersebut. Orang – orang akan datang karena kehangatannya terlepas dari
semua kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini ialah
emosinya. Rata-rata orang seperti ini sangatlah tidak stabil, terkadang
dapat tampak sedih dan sangat mengerikan, kadang pula bisa saja sangat
begitu menyenangkan dan bersahabat.
10. Gaya Kepemimpinan Administratif
Gaya kepemimpinan tipe ini akan terkesan kurang inovatif dan telalu kaku
dalam memandang aturan. Sikapnya sangat konservatif serta kelihatan
sekali takut di dalam mengambil resiko dan mereka cenderung akan mencari
aman.
11. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).
Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya untuk pembuatan keputusan
didasarkan pada suatu proses analisis, terutama analisis logika dari
setiap informasi yang didapatkan. Gaya ini akan berorientasi pada hasil
dan akan lebih menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi
jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangatlah mengutamakan logika
dengan menggunakan beberap pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta
kuantitatif.
12. Gaya kemimpinan asertif (Assertive).
Gaya kepemimpinan ini bersifat lebih agresif dan memiliki perhatian yang
sangat begitu besar pada suatu pengendalian personal dibandingkan
dengan gaya kepemimpinan yang lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih
terbuka didalam konflik dan kritik. Setiap Pengambilan keputusan muncul
dari suatu proses argumentasi dengan adanya beberapa sudut pandang
sehingga muncullah kesimpulan yang memuaskan.
13. Gaya kepemimpinan entrepreneur.
Gaya kepemimpinan ini sangatlah menaruh perhatian pada kekuasaan dan
hasil akhir serta kurang mengutamakan untuk kebutuhan akan kerjasama.
Gaya kepemimpinan model ini biasanya akan selalu mencari pesaing dan
akan menargetkan standar yang tinggi.
14. Gaya Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner, merupakan pola kepemimpinan yang ditujukan untuk
bisa memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dijalankan secara
bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberikan arahan
dan makna pada suatu kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkandengan
visi yang jelas. Kepemimpinan Visioner akan memerlukan kompetensi
tertentu. Pemimipin visioner setidaknya mesti mempunya empat kompetensi
kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu 1. Seorang
pemimpin visionermesti mempunayi kemampuan untuk bisa berkomunikasi
secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal
ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement,
and motivation.” ; 2. Seorang pemimpin visioner mesti dapat memahami
lingkungan luar dan dapat memiliki kemampuan dalam bereaksi secara tepat
atas segala ancaman dan peluang yang datang. Ini termasuk, yang paling
penting, dapat “relate skillfully” dengan orang-orang kunci yang ada di
luar organisasi, namun memainkan peran yang sangat penting terhadap
organisasi (investor, dan pelanggan). ; 3. Seorang pemimpin mesti bisa
memegang peran penting didalam membentuk dan dapat mempengaruhi segala
praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam
hal ini mesti dapat terlibat di dalam organisasi untuk bisa menghasilkan
dan dapat mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan
mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully
achieved vision). ; 4. Seorang pemimpin visioner mesti bisa mempunyai
atau mengembangkan “ceruk” untuk bisa mengantisipasi apa yang terjadi di
masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah suatu bentuk imajinatif, yang
mengacu atas kemampuan data untuk dapat mengakses segala kebutuhan masa
depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan
dalam mengatur sumber daya organisasi guna dapat memperiapkan diri
menghadapi adanya kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.
Dalam era turbulensi lingkungan seperti saat ini, setiap pemimpin mesti
siap dan dituntut mampu dalam melakukan suatu transformasi terlepas dari
gaya kepemimpinan apa yang mereka anut. Pemimpin mesti mampu dalam
mengelola perubahan, termasuk di dalamnya dapat mengubah budaya
organisasi yang tak lagi kondusif dan produktif. Pemimpin mesti memiliki
visi yang tajam, pandai mengelola keragaman dan dapat mendorong terus
suatu proses pembelajaran karena adanya dinamika suatu perubahan
lingkungan serta adanya persaingan yang semakin ketat.
15. Gaya Kepemimpinan Situasional
kepemimpinan situasional ialah “a leadership contingency theory that
focuses on followers readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan
situational ialah bahwa suatu gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan
dapat berbeda-beda, tergantung dari seperti apa tingkat kesiapan para
pengikutnya.
Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional ialah mengenai
tidak adanya gaya kepemimpinan yang paling terbaik. Kepemimpinan yang
efektif ialah bergantung dari relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin
yang sukses selalu dapat mengadaptasi gaya kepemimpinan yang sangat
tepat.
Efektivitas kepemimpinan bukan hanya pada soal pengaruh terhadap
individu dan kelompok akan tetapi bergantung juga terhadap tugas,
pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan. Jadi
pendekatan pada kepemimpinan situasional itu mesti fokus pada fenomena
kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik.
Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia mesti mampu
dalam menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang selalu
berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional akan bertumpu pada dua
konsep yang fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau
kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.
16. Kepemimpinan Militeristik
Tipe pemimpin seperti ini sangatlah mirip dengan tipe pemimpin yang
otoriter yang merupakan tipe pemimpin yang senantiasa bertindak sebagai
diktator terhadap para anggota kelompoknya. Adapun sifat-sifat dari tipe
kepemimpinan militeristik yaitu: (1) lebih banyak dalam menggunakan
sistem perintah atau komando, keras dan sangat begitu otoriter, kaku dan
seringkali untuk kurang bijaksana, (2) menghendaki adanya kepatuhan
yang mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi suatu formalitas,
upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang terlalu
berlebihan, (4) menuntut adanya sebuah disiplin yang keras dan kaku dari
para bawahannya, (5) tidak menghendaki adanya saran, usul, sugesti, dan
kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya dapat
berlangsung searah.
sumber : infosiana.com